Yang merasa terbantu dengan blog ini, atau ada saran/kritik, atau cuma mau komen, mohon komen ya...

Minggu, 05 Agustus 2012

Puisi ::Solitude::


Aku ingin menyanyikan sepi
di tepi deburan ombak yang kehilangan kabar dari sahabatnya
Terdampar di suatu utopia
yang dikira berleha-leha atau berpura-pura mati

Aku ingin melagukan galau hati, gundah gulana
di tepi jurang menggema setengah gila
Yang mengira dirinya ada di keramaian
seolah banyak kawan yang datang bersahut-sahutan

Aku ingin mencorat-coret kata ‘diriku’ dalam setiap sajak yang ada
Tapi aku tak ingin tersisih dari lautan
dan tak ingin menjadi seonggok jiwa
yang menentang angin di ketinggian


Waru, 19 Mei 2012



Playing w/ my Samsung SGH-E590: Buildings























Rekayasa Instrumentasi: Teknik Trouble Shooting


Trouble shooting adalah suatu tindakan untuk mengetahui penyebab/menemukan penyebab/menemukan penyebab ketidakberfungsian/permasalahan pada suatu sistem. Secara garis besar teknik trouble shooting dapat diklasifikasikan menjadi:
* Trouble Shooting yang Bersifat Mikro
Yaitu trouble shooting penyebab ketidakberfungsian sebuah instrumen. Trouble shootingnya dilakukan melalui pengecekan keberfungsian komponen-komponen penyusun instrumen tersebut. Langkah trouble shooting pada suatu instrumen adalah:
1). Lakukan identifikasi komponen penyusun instrumen, misal:
a. Instrumen sebagai alat ukur


b. Instrumen sebagai “final control element” (misal: control valve)


 

c. Instrumen sebagai kontroler (misal: PLC)



2). Lakukan pengujian pada masing-masing komponennya dengan cara memberikan sinyal input dan mengamati sinyal outputnya.
3). Jika ada salah satu komponen yang tidak berfungsi, maka komponen tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakberfungsian instrumen.

* Trouble Shooting yang Bersifat Makro
Yaitu trouble shooting penyebab ketidakberfungsian komponen-komponen yang ada pada suatu sistem (misal: sistem pengendalian plant). Trouble shootingnya dilakukan melalui pengecekan hubungan input dan output suatu komponen serta pengecekan jaringan penghubung antar komponen.
A. Trouble shooting pada sistem pengendalian sebuah plant



Langkah trouble shooting pada sistem pengendalian sebuah plant adalah:
1). Lakukan pengecekan keberfungsian field instrument dengan cara memberikan sinyal input besaran fisis dan mengamati sinyal outputnya.
2). Jika tidak ada masalah, lanjutkan dengan menguji jaringan komunikasi datanya.
3). Jika tidak ada masalah, lanjutkan dengan mengecek “junction box”nya.
4). Jika tidak ada masalah, lanjtkan dengan mengecek “control panel”.

B. Trouble shooting pada sistem sebuah proses plant
Langkah trouble shooting pada sistem sebuah proses plant adalah:
1). Buat diagram blok proses dari “raw material” sampai “product” dengan mempergunakan referensi “Process Flow Diagram”(PFD).
2). Lakukan analisa kerja setiap equipment penyusun sistem sebuah proses dengan mempergunakan “Mass & Heat Balance”.
3). Telusuri satu per satu kinerja dari setiap equipment sesuai dengan diagram blok.




Rekayasa Energi: Review Perbedaan Jenis dan Sifat Aliran Fluida

1. Laminar dan Turbulen
Orang yang pertama kali membedakan aliran laminar dan turbulen adalah Osborne Reynolds yang membuat bilangan Reynolds, Re = ρVD/μ. Aliran tersebut merupakan aliran dalam pipa.
a. Laminar
Aliran laminar terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminar mempunyai kecepatan alir yang rendah dengan kekentalan yang besar. Aliran laminar mempunyai bilangan Reynolds < 2100. Untuk aliran laminar dalam pipa, hanya terdapat satu komponen kecepatan yaitu


b. Turbulen
Aliran turbulen terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen mempunyai kecepatan alir yang besar dengan kekentalan yang rendah. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds > 4000. Untuk aliran turbulen dalam pipa, komponen kecepatannya merupakan komponen acak yaitu 


2. Newtonian dan non-Newtonian
a. Newtonian
Fluida Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya linier terhadap laju regangan geser atau laju deformasi angular. Tegangan geser ini merupakan interaksi antara fluida dengan batas padat yang diberi gaya pada suatu luasan efektif. Sedangkan regangan geser adalah perpindahan sudut antara titik-titik awal fluida saat luasan efektif diam dengan titik-titik fluida setelah luasan efektif diberi suatu gaya dengan kecepatan tertentu.
Pada fluida Newtonian, viskositasnya tetap dan tidak akan berubah meskipun terdapat gaya yang bekerja. Contoh fluida Newtonian adalah air.

b. non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak linier terhadap laju regangan geser. Pada fluida non-Newtonian, viskositasnya berubah bila terdapat gaya yang bekerja. Perubahan ini dapat berupa viskositas yang mengecil, contohnya cat lateks yang digoreskan pada dinding, dan juga viskositas yang membesar, contohnya pada adonan, misalnya campuran air dan tepung.

3. Compressible dan incompressible
a. Compressible
Fluida yang compressible adalah fluida yang kerapatannya dapat berubah karena perubahan tekanan dan temperatur. Contoh fluida compressible adalah gas nitrogen dan oksigen.

b. Incompressible
Fluida yang incompressible adalah fluida yang kerapatannya konstan terhadap perubahan tekanan. Contoh fluida incompressible adalah air.

4. Inviscid dan Viscous
a. Inviscid
Fluida inviscid adalah fluida yang tidak viscous. Viskositas muncul karena adanya tegangan geser atau gesekan fluida. Fluida seperti udara mempunyai viskositas kecil sehingga dapat diabaikan. Tegangan normal pada fluida inviscid tidak tergantung pada arah. Aliran inviscid digunakan dalam mengembangkan persamaan Bernoulli.
Persamaan Bernoulli:
    
Persamaan Bernoulli untuk aliran inviscid:

b. Viscous
Fluida memiliki sifat viscous (viskositas), dimana fluida selalu melekat pada batas padat fluida. Meskipun fluida ini bergerak, fluida akan selalu melekat pada batas padat yang melingkupinya. Fluida yang bergerak dapat menimbulkan tegangan geser. Tegangan geser (τ) ini merupakan interaksi antara fluida dengan batas padat yang diberi gaya (P) pada suatu luasan efektif (A). Interaksi yang terjadi berupa pertemuan permukaan antara benda padat dan fluida yang kemudian terjadi kesetimbangan, dimana tegangan geser yang muncul pada suatu luasan efektif besarnya akan sebanding dengan gaya yang bekerja pada batas padat. Ini dapat dituliskan pada persamaan:

                                                          P = τ.A

Pada eksperimen dengan suatu fluida yang ditempatkan diantara dua pelat sejajar yang lebar dimana pelat atas dapat digerakkan, sedangkan yang lainnya diam, terlihat bahwa tegangan geser yang terjadi akan menimbulkan regangan geser. Ketika pelat atas digerakkan, akan trerjadi perpindahan sudut (δβ) antara titik-titik awal fluida saat pelat atas diam dengan titik-titik fluida setelah pelat atas digerakkan dengan gaya P sejauh δa dengan kecepatan U tertentu. Perbedaan sudut inilah yang disebut regangan geser. Kemudian dengan memperhitungkan variabel yang ada, seperti gaya yang bekerja, tegangan geser, regangan geser, gradien kecepatan pelat, dan jarak pergerakkan pelat, ditemukan suatu hubungan dalam persamaan:

                              
Nilai viskositas tergantung pada jenis fluida dan temperatur fluida, dimana semakin besar temperatur viskositasnya akan semakin kecil.

5. Steady dan Unsteady
a. Steady
Steady berarti tunak (tetap/konstan). Aliran fluida yang tunak adalah aliran dimana pada sebuah garis arus tertentuvariabel dari aliran seperti kecepatan, tekanan, kerapatan, dan debit fluida tersebut hanya dalam fungsi s, yaitu lokasi (posisi partikel) diswepanjang garis arus tersebut (V = V(s), P = P(s), ρ = ρ(s), Q = Q(s)). Hal ini dapat diartikan bahwa dapat terjadi perubahan pada variabel tersebut pada suatu tempat tertentu, tetapi akan konstan terhadap waktu. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

                                    
Aplikasi dari aliran tunak ini ada pada persamaan Bernoulli, dimana asumsi-asumsi yang digunakan pada persamaan tersebut bahwa kecepatan alirannya konstan terhadap waktu.
                                      
 
b. Unsteady
Usteady berarti tak tunak. Aliran fluida yang tak tunak adalah aliran dimana pada sebuah garis arus tertentu variabel aliran, seperti kecepatan, tekanan, kerapatan, dan debit fluida, tidak hanya dalam fungsi s melainkan juga dalam fungsi waktu (V = V(s, t), P = P(s, t), ρ = ρ(s, t), Q = Q(s, t)). Hal ini dapat diartikan bahwa dapat terjadi perubahan variabel tersebut pada suatu tempat tertentu dan juga berubah dengan waktu. Sehingga untuk mendapatkan percepatan aliran digunakan persamaan:

                                    
Ketidak-tunakan iniyang menjadi kelemahan dari persamaan awal Bernoulli. Namun kemudian dapat dimodifikasi dengan menyisipkan efek ketidak-tunakan, sehingga persamaan menjadi:

            
6. Onephase dan Multiphase
a. Onephase
Aliran fluida onephase adalah aliran fluida yang dalam satu alirannya hanya berupa satu wujud zat. Misalnya dalam suatu sistem perpipaan PDAM, fluida yang dialirkan adalah air dalam bentuk cair mulai dari kolam penampung hingga mulut keran konsumennya.

b. Multiphase
Aliran fluida multiphase adalah aliran fluida yang dalam satu alirannya dapat terdiri dari dua atau lebih wujud zat yang perubahannya terjadi secara simultan. Misalnya dalam kolom destilasi, fluida yang mengalir mula-nula berupa uap yang kemudian setelah didestilasi berubah menjadi cairan. Contoh lain adalah pada sistem boiler dan kondensor dimana wujud fluida yang mengalir berupa steam-cair.

7. Internal flow dan External flow
a. Internal flow
Aliran dalam adalah aliran yang mengalir melalui saluran tertutup. Contohnya lairan dalam pipa dan sambungan. Pada daliran dalam, gaya yang berperan adalah gaya inersia dan viskositas. Analisis aliran ini memperhitungkan geometri sistem yng berupa dimensi panjang. Selain itu, analisis aliran ini juga memperhitungkan tingkat kekasaran permukaan dalam yang bersentuhan dengan sistem aliran.

b. External flow
Aliran luar berarti aliran yang melewati benda-benda yang terendam dalam fluida. Contohnya aliran air disekitar kapal selam dan aliran udara disekitar bola golf yang tengah melambung di udara. Analisis aliran ini memperhitungkan geometri benda, yaitu benda dua dimensi, simetri sumbu, dan tiga dimensi. Selain itu, analisis aliran ini juga mempertimbangkan karakteristik benda, apakah benda tersubut dibuat mulus seperti arur (seperti mobil balap) atau tumpul (seperti parasut).

8. Rotational dan Irrotational
a. Rotational
Aliran rotasional terjadi apabila setiap partikel fluida mempunyai kecepatan sudut terhadap pusat massanya. Hal ini dapat diartikan bahwa aliran rotasional (partikel fluida yang berotasi) terjadi apabila distribusi kecepatan tidak merata.

b. Irrotational
Aliran tak rotasional terjadi apabila distribusi kecepatan di tiap dinding batas merata sehingga patikel fluida tersebut tidak berotasi terhadap pusat massanya.