Minggu, 05 Agustus 2012

Rekayasa Instrumentasi: Teknik Trouble Shooting


Trouble shooting adalah suatu tindakan untuk mengetahui penyebab/menemukan penyebab/menemukan penyebab ketidakberfungsian/permasalahan pada suatu sistem. Secara garis besar teknik trouble shooting dapat diklasifikasikan menjadi:
* Trouble Shooting yang Bersifat Mikro
Yaitu trouble shooting penyebab ketidakberfungsian sebuah instrumen. Trouble shootingnya dilakukan melalui pengecekan keberfungsian komponen-komponen penyusun instrumen tersebut. Langkah trouble shooting pada suatu instrumen adalah:
1). Lakukan identifikasi komponen penyusun instrumen, misal:
a. Instrumen sebagai alat ukur


b. Instrumen sebagai “final control element” (misal: control valve)


 

c. Instrumen sebagai kontroler (misal: PLC)



2). Lakukan pengujian pada masing-masing komponennya dengan cara memberikan sinyal input dan mengamati sinyal outputnya.
3). Jika ada salah satu komponen yang tidak berfungsi, maka komponen tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakberfungsian instrumen.

* Trouble Shooting yang Bersifat Makro
Yaitu trouble shooting penyebab ketidakberfungsian komponen-komponen yang ada pada suatu sistem (misal: sistem pengendalian plant). Trouble shootingnya dilakukan melalui pengecekan hubungan input dan output suatu komponen serta pengecekan jaringan penghubung antar komponen.
A. Trouble shooting pada sistem pengendalian sebuah plant



Langkah trouble shooting pada sistem pengendalian sebuah plant adalah:
1). Lakukan pengecekan keberfungsian field instrument dengan cara memberikan sinyal input besaran fisis dan mengamati sinyal outputnya.
2). Jika tidak ada masalah, lanjutkan dengan menguji jaringan komunikasi datanya.
3). Jika tidak ada masalah, lanjutkan dengan mengecek “junction box”nya.
4). Jika tidak ada masalah, lanjtkan dengan mengecek “control panel”.

B. Trouble shooting pada sistem sebuah proses plant
Langkah trouble shooting pada sistem sebuah proses plant adalah:
1). Buat diagram blok proses dari “raw material” sampai “product” dengan mempergunakan referensi “Process Flow Diagram”(PFD).
2). Lakukan analisa kerja setiap equipment penyusun sistem sebuah proses dengan mempergunakan “Mass & Heat Balance”.
3). Telusuri satu per satu kinerja dari setiap equipment sesuai dengan diagram blok.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar