Baterai adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan). Yang
dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel, adalah didalam baterai dapat
berlangsung proses pengubahan kimia menjadi energi listrik dan sebaliknya dari
energi listrik menjadi energi kimia. Jenis baterai yang dapat digunakan
berulangkali disebut storage battery.
Tiap sel baterai terdiri dari dua macam elektroda yang berlaianan, yaitu
elektroda positif dan elektroda negatif yang dicelupkan dalam suatu
larutan kimia.
·Proses
Fisis dalam Baterai
Proses pengosongan baterai (discharge)
Proses pengisian baterai (charge)
Bila sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui
power suplai ke katoda. Ion-ion negatif rnengalir dari katoda ke anoda, sedangkan ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda. Contoh reaksi kimia dalam baterai Ni-Cd atau nikel kadmium yang menggunakan elektrolit berupa potasium hidroksida:
Bila sel dihubungkan dengan beban (misalnya rangkaian elektronik), maka elektron mengalir dari anoda (kutub negatif) melalui beban ke katoda (kutub positif). Setelah terjadi aliran elektron tersebut, reaksi kimia kemudian terjadi dalam baterai untuk menghasilkan elektron sehingga aliran elektron dapat terus terjadi. Ion negatif mengalir dari katoda menuju anoda, sedangkan ion positif mengalir dari anoda ke katoda.
Perkembangan jaman dan teknologi mendorong pertumbuhan kota dan menimbulkan masalah pencemaran udara. Masalah pencemaran udara di kota-kota besar, sangat dipengaruhi dan berbeda oleh berbagai faktor yaitu: topografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau angka perkembangan sosio-ekonomi dan industrialisasi. Adanya gas-gas pencemar di udara (atmosfer) yang terakumulasi mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca dan pengikisan lapisan ozon, sehingga menimbulkan suatu peristiwa yang disebut sebagai pemanasan global.
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi baik atmosfer, lautan, maupun daratan. Selama seratus tahun terakhir, suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F). Badan internasional urusan perubahan iklim, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Gambar 1. Model Iklim Global Skenario Emisi IPCC
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
II.Penyebab Pemanasan Global
Fenomena pemanasan global disebabkan oleh terjadinya efek rumah kaca dan pengikisan lapisan ozon akibat adanya gas-gas pencemar di udara yang terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan.
·Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca atau greenhouse effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya. Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh tanaman/tanah di dalam ruangan rumah kaca sebagai sinar inframerah yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat keluar ruangan rumah kaca sehingga udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi daripada suhu di luarnya dan hal tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Pada efek rumah kaca penyebab pemanasan global mekanisme terjadinya hampir sama dengan efek rumah kaca petani seperti paparan diatas. Hanya saja peranan kaca yang memantulkan sinar inframerah kembali ke bumi digantikan oleh gas-gas rumah kaca.
Gas-gas rumah kaca atau greenhouse gases adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Gas rumah kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran. Gas-gas yang temasuk gas rumah kaca adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC) . Gas rumah kaca di atmosfer akan menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.
üUap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Gambar 2. Diagram Sumbangan Gas-gas Rumah Kaca Terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca Selain Uap Air
üKarbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbondioksida dalam atmosfer.
üMetana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob), saat pembusukan biomassa di rawa-rawa dan di tempat pembuangan sampah. Gas ini juga terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga batu bara karena metana merupakan unsur utama pembentuknya.
üOzon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer).
üDinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).
üChlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang freon. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip.
Berdasarkan bagan Gambar 2, gas penyumbang efek rumah kaca terbesar adalah gas CO2. Gas ini banyak dihasilkan oleh kegiatan transportasi dan industry. Berikut adalah negara-negara penyumbang gas CO2 penyebab efek rumah kaca:
Tabel 1. Sumbangan Emisi CO2 Negara-negara Dunia
Gas-gas rumah kaca tersebut bertahan di atmosfer dalam beberapa waktu tertentu. Daya tahan keberadaan gas-gas tersebut dipengaruhi oleh nilai GWP (greenhouse warming potential). Berikut adalah tabel waktu tinggal gas rumah kaca di atmosfer:
Tabel 2. Waktu Tinggal Gas Rumah Kaca Di Atmosfer
Sesungguhnya Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
·Pengikisan Lapisan Ozon
Ozon adalah gas tidak berwarna yang terusun dari tiga molekul oksigen (O3). Ozon terbentuk dari hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari. Ozon di udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari pada tingkat yang aman untuk kesehatan kita semua.. Penipisan lapisan ozon diakibatkan oleh adanya CFC atau Freon di udara, karena CFC dapat bereaksi dengan ozon. CFC biasa digunakan oleh masyarakat sebagai pendingin AC dan lemari es, bahan pendorong (aerosol), pembuatan busa, dan pelarut. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar ultraviolet dan membebaskan atom klorin. Atom klorin ini berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon. Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar UV memasuki bumi.
Pada awal tahun 1980-an, para peneliti bekerja di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut. Lubang ozon ini terbentuk saat musim semi di Antartika dan berlanjut selama nenerapa bulan senelum menebal kembali. Pada tahun 1979 hingga tahun 2010 lubang ozon yang terdapat di Antartika terlihat semakin membesar.
Gambar 3. Lebar Lubang Ozon di Antartika
III.Dampak Pemanasan Global
Terdapat beberapa kejadian yang merupakan dampak dari terjadinya pemanasan global, yaitu:
·Ketidakstabilan Iklim
Selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
·Peningkatan Permukaan Laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Gambar 4. Mencairnya Es di Kutub Utara
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Gambar . Grafik Perubahan Ketinggian Permukaan Laut
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
·Peningkatan Suhu Global
Selama seratus tahun terakhir, suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F). Meningkatnya suhu ini akan menyebabkan perubahan masa tanam petani dan kekeringan.
Gambar 5. Kekeringan Akibat Peningkatan Suhu Global
Sebagai contoh, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak akan dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
·Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
·Gangguan Kesehatan dan Timbulnya Wabah Penyakit
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (misal: Aedes agipty), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan). Gradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
IV.Cara Mengurangi Penyebab Pemanasan Global
·Menerapkan pola hidup yang baik
Yang dimaksud dengan pola hidup yang baik adalah pola hidup hemat energi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti mengganti lampu pijar dengan lampu neon, mematikan lampu yang tidak diperlukan dan memaksimalkan cahaya matahari saat siang hari sebagai sumber penerangan. Dengan melakukan penghematan energi, jumlah emisi gas rumah kaca dari pembangkitan listrik pembangkit energi fosil dapat dikurangi.
Selain itu, kita dapat melakukan penghijauan. Gas CO2 sebagai gas rumah kaca juga diperlukan tanaman untuk fotosintesis. Karena itu, dengan menanam pohon jumlah gas CO2 di udara dapat dikurangi. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program Penanaman Satu Milyar Pohon/One Billion Indonesia Tress (OBIT) yang bertepatan pada acara Peringatan Hari Menanam Pohon indonesia dan Bulan Menanam Nasional (HMPI-BMN) tanggal 8 desember 2009 yang programnya terus dilanjutkan pada tahun tahun berikutnya. Untuk tahun 2010, kementerian kehutanan melalui Hutan Kemasyarakatan merencanakan hutan seluas 210.749,64 ha.
·Mengembangkan teknologi ramah lingkungan
üTeknologi Hybrid Pada Kendaraan Bermotor (Mobil)
Dengan keterbatasan sumber daya alam, Hybrid System didesain untuk pengurangan konsumsi bahan bakar serta emisi rendah gas buang yang ramah lingkungan. Sistem Hybrid menggabungkan kelengkapan terkuat dua jenis sumber daya - motor listrik dan mesin pembakaran internal. Untuk mengerti lebih jauh bagaimana teknologi Hybrid memanfaatkan kedua dunia tersebut, kita bandingkan bagaimana sebuah mobil konvensional dan mobil listrik bekerja.
a.Mobil Konvensional
Gambar 6. Cara Kerja Mobil Konvensional
Mobil konvensional mengandalkan sumber tenaganya dari bahan bakar, seperti bensin, solar, atau gas untuk bergerak. Pemanfaatan mesin pembakaran internal, tenaga dari hasil pembakaran bahan bakar dimanfaatkan dan diubah menjadi gerakan, yang mampu menggerakkan mobil. Walaupun secara umum menunjukkan kinerja yang baik dengan harga yang murah, mobil konvensional mengeluarkan emisi gas buang yang tinggi dan menciptakan polusi yang banyak dan terus menghabiskan sumber daya alam.
b.Mobil Listrik
Gambar 7. Cara Kerja Mobil Listrik
Mobil tenaga listrik tidak membutuhkan apapun dari pembakaran. Listrik diubah menjadi tenaga melalui motor listrik, untuk menggerakkan mobil. Sekalipun mobil bertenaga listrik ini ramah lingkungan, tidak bising dan memiliki akselerasi yang baik, mobil listrik membutuhkan pengisian dan infrastruktur yang tepat. Hal ini membuat mobil bertenaga listrik menjadi tidak praktis.
c.Mobil Hybrid
Gambar 8. Cara Kerja Mobil Hybrid
Mobil hybrid menggunakan kombinasi dari motor listrik dan pembakaran di mesin, dengan memaksimalkan kekuatan dari kedua sumber daya tersebut disamping saling mengisi kekurangannya. Hasilnya adalah efisiensi konsumsi bahan bakar dengan performa yang luar biasa.
Gambar 9. Sistem Hybrid (Toyota)
Sistem hybrid menyediakan penggunaan yang optimum dari motor listrik dan mesin bakar. Sistem hybrid yang dimiliki mobil Toyota memiliki generator pembagkit listrik dan alat pembagi tenaga. Alat pembagi tenaga ini mampu menyalurkan tenaga yang dihasilkan oleh ruang mesin untuk menggerakkan roda secara langsung atau sebagai tenaga bagi motor listrik untuk melakukan pergerakan, bergantung pada kondisi berkendara.
Gambar 10. Distribusi Tenaga Mobil Hybrid Toyota
Pada saat terjadi perubahan kecepatan, dari kecepatan rendah ke kecepatan tinggi, kendaraan dapat melaju meskipun hanya menggunakan tenaga listrik saja. Dan ini menghasilkan efisiensi yang besar.
·Kerjasama internasional
-Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Protokol Kyoto merupakan sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca: karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-2012. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050.
Protokol Kyoto dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret1998 dan ditutup pada 15 Maret1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November2004.