Biolaku pecah
berkeping
ketika waktu terhenyak
hening
Diam-diam
meminang jiwa seorang
maestro tua
mengkhianati
cintanya
pada raga yang
tak jauh dari sempurna
Perlahan
ku kumpulkan
kenangan berserakan
Anak yang pernah
besar dalam didikan
telah terpisah
ranah dan lautan
Kini
tanda hati memanggil
pulang
rindu pelukan
dari tanah yang tak terelakkan
Kecemasan yang
lalu menyerbu
membuat mayor
jadi minor
menggubah riuh
jadi pilu
Tak ayal busur
di gesekan
memainkan tanya:
“Ada apakah gerangan?”
Not tak jadi
kord
Bunyi membuntuti
hati
Kini
tanda hati
memanggil pulang
rindu pelukan
dari jasad yang tak terelakan
Lautanpun
didekatkan
Daratan
direkatkan
Burung dara yang
pernah terbang
akhirnya datang
ke kandang
Bocah yang pergi
melanglang: Aku
pun jua menuju
pulang
Di atas perahu
ku lagukan rindu
menghujam
Tapi kres ku tak
lagi tajam
menggaung sudah
dihanyut pilu
Di atas perahu
aku rindu
Di atas perahu
aku pilu
Kini hati
memanggil pulang
rindu pelukan
dari ayah dan
mengucap selamat
jalan
Biola yang telah
rapuh
pun segera
menjadi bisu
Bersamaan dengan
kepergian sang tuan
menuju damainya
kebahagiaan
Dari atas
panggung orkestra yang tak pernah mati
Dari sorai
tepukan tangan yang tak bakal henti
Di peraduannya
yang selalu abadi
Bali, 26 Maret
2012