- Pendahuluan
Sensor gas mikroelektronika pertama yang sukses
dibuat adalah berbasis bahan metal oksida diantaranya ZnO2,
Fe2O3,
dan SnO2.
Akhir-akhir ini
bahan SnO2
paling banyak digunakan dan dikembangkan untuk gas CO, karena
kelebihan dibanding bahan lain. Adapun kelebihan dari sensor gas
berbasis SnO2
antara lain massa pemakaian yang lama dan relatif stabil, daya tahan
tinggi, dan kecilnya persen kesalahan.
Sensor
gas terdiri dari elemen sensor, dasar sensor dan tudung sensor.
Elemen sensor terdiri dari bahan sensor dan bahan pemanas untuk
memanaskan elemen. Elemen sensor menggunakan bahan-bahan seperti
timah (IV) oksida SnO2, wolfram (VI) oksida WO3, dan lain-lain,
tergantung pada gas yang hendak dideteksi. Gambar berikut menunjukkan
susunan (struktur) dasar sensor gas.
Gambar
Susunan Dasar Sensor Gas
Elemen
pendeteksi gas adalah suatu bahan semikonduktor tipe-N berupa oksida
logam, yaitu SnO2
(oksida timah putih). Bahan ini akan menghantar lebih baik jika
bersentuhan dengan gas-gas yang teroksidasi di udara. Hal ini terjadi
oleh adanya adsorpsi dan reaksi yang memodifikasi densitas pembawa
muatan, dalam hal ini elektron. Dengan adanya perubahan pada pembawa
muatan maka sifat hantaran pada permukaan semikonduktor juga berubah.
Sebagian besar oksida metal, termasuk SnO2,
mempunyai celah pita (“band gaps”)
murni yang terlalu lebar untuk dilompati oleh elektron dari pita
valensi ke pita konduksi dengan energi termal ambien.
Bila
suatu kristal oksida logam seperti SnO2 dipanaskan pada suhu tinggi
tertentu di udara, oksigen akan teradsorpsi pada permukaan kristal
dengan muatan negatif . Elektron-elektron donor pada permukaan
kristal ditransfer ke oksigen teradsorpsi, sehingga menghasilkan
suatu lapisan ruang bermuatan positif. Akibatnya potensial permukaan
terbentuk, yang akan menghambat aliran elektron. Di dalam sensor,
arus listrik mengalir melalui bagian-bagian penghubung (batas butir)
kristal-kristal mikro SnO2. Pada batas-batas antar butir, oksigen
yang teradsorpsi membentuk penghalang potensial yang menghambat
muatan bebas bergerak. Tahanan listrik sensor disebabkan oleh
penghalang potensial ini. Gambar berikut menunjukkan model penghalang
potensial antar butir kristal mikro SnO2 pada keadaan tanpa adanya
gas yang dideteksi.
Gambar Model penghalang antar butir pada keadaan tanpa gas yang dideteksi.
Dalam
lingkungan adanya gas pereduksi, kerapatan oksigen teradsorpsi
bermuatan negatif pada permukaan semikonduktor sensor menjadi
berkurang, sehingga ketinggian penghalang pada batas antar butir
berkurang. Ketinggian penghalang yang berkurang menyebabkan
berkurangnya tahanan sensor butir dalam lingkungan gas.
Gambar
Model penghalang potensial antar - butir dalam linkungan gas.
- Sifat SnO2 Sebagai Sensor Gas
Selain pada tabel diatas
sifat dari SnO2
sebagai sensor gas adalah sebagai berikut:
- SnO2 memiliki lebar celah energi besar, yaitu lebih besar dari 3,0 eV
- Sensitivitas terhadap gas yang dideteksi bergantung pada temperatur
- Rentang suhu operasi berkisar dari suhu 20°C-400°C
- Tegangan yang dibutuhkan untuk pemanasan permukaan sensor pada rentang tersebut antara 0-1,15 V
- Untuk deteksi CO, temperatur terbaik pemanasan untuk elemen sensor adalah dibawah 100°C
- Struktur SnO2
SnO2
adalah semikonduktor oksida logam tipe-N. SnO2 memiliki
struktur kristal tetragonal dan bersifat nonpolar dengan parameter
kisi a = 4,738 Å dan c = 3,1888 Å
Gambar Semikonduktor SnO2
Berdasarkan teori permukaan dari bahan
semikonduktor, dapat dijelaskan efek konduktansi sebagai berikut:
dekat permukaan, skema energi dimodifikasi oleh state
(keadaan) prmukaan elektronik yang menginduksi suatu lapisan muatan
ruang (space chrge),
dimana state
ini dilokalisir pada permukaan. Trjadinya suatu lapisan muatan ruang
pada permukaan dari SnO2
ditunjukkan pada Gambar (a) dan (b) dibawah ini.
Gambar
Lapisan Permukaan Ruang Pada Oksida Logam
(a)
Lapisan deplesi akibat exposure terhadap oksigen (b) Lapisan
akumulasi akibat exposure terhadap atom hidrogen
Pada
permukaan sebenarnya state ini disebabkan terutama oleh efek
cacat murni atau oleh adanya adsorpsi atom-atom dan molekul asing.
Pada
gambar (a) ditunjukkan kasus lapisan deplesi yang diinduksi oleh
oksigen teradsorbsi yang menghasilkan akseptor-akseptor permukaan dan
mengikat electron-elektron diluar donor-donor bulk bawah
permukaan. Sedangkan pada gambar (b) sebuah lapisan akumulasi
dihasilkan sebagai akibat penyerapan hydrogen yang memberikan
electron-elektron bebas pada permukaan (sebagai donor). Perubahan
kerapatan muatan dalam lapisan ruang muatan akan mengakibatkan adanya
perubahan hantaran dekat permukaan. Ec adalah batas konduksi, Ef
adalah level Fermi dan S merupakan surface states akibat
adanya adsorpsi akseptor dan donor. Pelengkungan pita terjadi
disebabkan oleh lengkungan kurva potensial elektrostatis dari muatan
ruang. Perubahan jumlah pembwa muatan pada lapisan muatan ruang
menghasilkan perubahan konduktivitas pada daerah permukaan.
- Proses pembuatan
Sensor gas ini tersusun atas sepasang elektroda
yang dilapisi dengan sensitive layer,
yaitu SnO2,
yang dicetak pada substrat alumina.
Gambar Sensor Gas
Tahapan pembuatan sensor gas ini meliputi proses pencetakan,
pengeringan, dan pembakaran menggunakan teknologi film tebal.
Untuk
menumbuhkan film SnO2,
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan baik secara fisika
maupun kimia. Secara fisika film SnO2 dapat dibuat
dengan metode evaporasi, electron beam evaporation, sputtering, dan
spray pyrolisis. Sedangkan secara kimia berbagai metode deposisi
dapat digunakan diantaranya metode sol-gel dan deposisi uap kimia
(CVD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar